DAMPAK COVID-19 TERHADAP

PEREKONOMIAN DAN SOLUSINYA

Penyebaran virus covid-19 yang dihadapi masyarakat dunia kali ini memang benar-benar menyusahkan. Krisis ekonomi yang dihadapi juga tidak main-main. Segala aktivitas diliburkan sehingga tidak Ada pemasukan, dan kebutuhan yang harus dipenuhi untuk menjaga diri kita meningkat harganya.

Salah satu penyebab virus corona mudah menyebar di Indonesia adalah karena Indonesia merupakan negara dengan Sektor pariwisata. Sektor pariwisata merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam pertumbuhan perekonomian Indonesia dan memiliki kontribusi devisa terbesar kedua di Indonesia setelah devisa hasil ekspor Kelapa Sawit.

Internasional Monetary Fund (IMF) menyatakan saat ini ekonomi global mengalami krisis akibat pandemi virus corona. Indeks bursa saham rontok. Data IHSG turun 1,3%, rupiah terperosok terhadap dolar Amerika Serikat menembus 17 ribu, terjadi outflow yang mencapai ratusan triliun per bulan Maret, dan sektor riil yang teriak kesusahan. Prediksi perekonomian Indonesia turun signifikan pada 2020 seakan menjadi kenyataan. 

Dampak dari terjadinya wabah Covid-19 ini bukan hanya sekadar penyakit yang mempengaruhi kesehatan, namun juga dampak secara ekonomi. Dalam kasus ini, ketika semakin banyak pekerja yang terinfeksi maka semakin banyak pula biaya untuk perawatan dan juga biaya produksi yang tertanggung. 

Kondisi ini diperparah dengan beberapa negara yang menerapkan kebijakan lockdown sehingga mempengaruhi impor bahan baku dan barang modal. Pada akhirnya produksi turun, barang langka, dan harga barang meningkat. Kenaikan harga barang yang disertai penghasilan yang menurun merupakan kondisi fatal daya beli masyarakat.

Kebijakan tersebut juga akan disertai penghentian aktivitas banyak pekerja yang mengakibatkan daya beli masyarakat semakin jatuh. Di Indonesia, sebesar 80% aktivitas usaha seperti UMKM masih membutuhkan lalu lintas manusia dan interaksi langsung masyarakat. 

Opsi yang muncul juga yaitu herd immunity untuk menanggulangi Covid-19, dinilai tidak perlu dilakukan. Mengingat bahwa vaksin untuk virus corona belum ditemukan, maka hal ini bisa terjadi ketika banyak orang kebal karena sudah terpapar. 


Menteri Keuangan Sri Mulyani tak menampik jika virus corona ini menjadi beban bagi ekonomi Indonesia. Beberapa sektor seperti pariwisata dan perdagangan perlahan ‘mati’ karena terinfeksi virus corona.

Krisis Kemanusiaan akibat Corona


Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pandemi virus corona ini bahkan sudah mendapatkan perhatian dari negara-negara anggota G-20. Seluruh negara yang tergabung didalamnya mencari cara agar pandemik corona ini tidak menimbulkan dampak lebih dalam pada perekonomian.


"Yang tadi kita rekam dengan adanya G20 melakukan pertemuan extraordinary yang kita baca dan dengar di semua negara, sekarang- seluruh dunia sedang hadapi krisis di bidang kemanusiaan. Yang sedang diupayakan jangan sampai krisis kesehatan mempengaruhi sangat dalam pada krisis ekonomi, sosial dan keuangan," ujarnya.

Dampak ke Pariwisata dan Perdagangan


Sri Mulyani mengatakan, perekonomian dunia dan Indonesia terdampak penyebaran virus corona. Bahkan proyeksi ekonomi dunia direvisi dipangkas karena pandemi corona.


“Jalur pariwisata jelas, distribusi dari perdagangan dan pasokan, dulu kita mungkin dua minggu terakhir kita melihat 27% impor nonmigas dari Tiongkok, 16,7% ekspor kita ke Tiongkok. Jadi apakah China akan mengendalikan dan me-recover itu akan sangat menentukan kita, dari sisi ekspor, impor dan pariwisata,” jelasnya.


Kebijakan Moneter untuk Lawan Corona


Negara-negara G20 berkomitmen untuk mencegah terjadinya resesi ekonomi akibat virus corona atau covid-19. Salah satu yang menjadi ancaman adalah modal yang keluar alias capital flight yang dialami sejumlah negara.


“Dari kebijakan moneter, termasuk kebijakan suku bunga dan relaksasi, termasuk support likuiditas. Dari sisi nilai tukar, karena sekarang ini terjadi tadi IMF mengatakan banyak negara menghadapi masalah capital flight,” ujar Menkeu Sri Mulyani dilansir dari laman Setkab, Jumat (27/3/2020).


Untuk itu, Menkeu menyampaikan banyak negara emerging dan low income country akan dihadapkan pada likuiditas foreign exchange dan sekarang sedang dilakukan upaya untuk meningkatkan kemampuan mendukung apa yang disebut direct swap line dari IMF kepada semua negara di dunia yang mengalami capital flight.

Pelemahan Rupiah


Bagi Indonesia lanjut Sri Mulyani, dampak virus corona ini sudah mulai terasa bagi perekonomian dalam negeri. Salah satu contohnya adalah terus melemahnya nilai tukar rupiah hingga saat ini sudah mendekati angka Rp17.000 per USD.


"Ekonomi kontraksi tapi tidak berarti krisis. Ini yang sedang dilakukan. Agar krisis ini tidak timbulkan spill over ke krisis ekonomi sosial dan terutama di sektor keuangan seperit yang terjadi di 2008 2009 di mana bank-bank dan lembaga keuangan bangkrut," jelasnya.


Dalam kondisi seperti ini, semua negara pasti akan melakukan relaksasi atau stimulus keuangan. Perlu pengoptimalan penangan terhadap keadaan yang terjadi. Beberapa solusi yang cocok dalam mengantisipasi situasi menghadapi wabah Covid-19 agar tidak membuat Indonesia benar-benar merana yaitu pertama, relokasi anggaran pada sektor kesehatan, pasokan pangan dan daya beli masyarakat. 


Pembiayaan dialihkan untuk pengadaan perlengkapan dan alat penanggulangan wabah serta pembiayaan penelitian yang fokus menemukan anti virus. Relokasi anggaran juga diberlakukan untuk menjaga ketersediaan bahan pokok kebutuhan pangan masyarakat yang mengalami peningkatan akibat kepanikan pasar. Juga pemberian bantuan untuk peningkatan daya beli masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup. 


Kedua adalah stimulus pendanaan dalam rangka peningkatan produksi dalam negeri sektor pertanian. Pada kondisi saat ini kebutuhan akan makanan dengan giji dan nutrisi yang baik seperti sayur-sayuran dan buah-buahan mengalami peningkatan permintaan. Selama ini Indonesia impor untuk memenuhi permintaan terhadap komoditi ini.

Solusi ketiga adalah relaksasi kredit sebagai stimulus fiskal untuk mendorong produksi pada sektor manufaktur dimana terdapat banyak lapangan pekerjaan. Ini secara langsung memberikan pendapatan bagi pekerja yang terdampak. 


Keempat adalah dalam memberlakukan kebijakan jangka pendek, tetap harus memperhatikan kebijakan jangka panjang yang bersifat struktural. Pengoptimalan Omnibus Law RUU Cipta Kerja yang memperhatikan potensi pemutusan hubungan kerja (PHK) dalam hal pemberian berupa uang, pelatihan vokasi, dan akses pekerjaan baru selain perlunya melakukan relaksasi bagi kebijakan impor bahan baku kebutuhan industri. 

Sumber:

https://www.tagar.id/covid19-dan-solusi-atasi-dampak-krisis-ekonomi

https://sukabumiupdate.com/detail/bale-warga/opini/66831-Dampak-Pandemi-Covid-19-Pada-Pertumbuhan-Ekonomi-Indonesia

https://economy.okezone.com/amp/2020/03/28/20/2190520/komentar-sri-mulyani-soal-dampak-covid-19-ke-ekonomi-ri

Komentar